watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

CINTA TULUSKU

Saya seorang Mahasiswa Perguruan Tinggi
Swasta di kota M dengan panggilan Edwin. Tiga
tahun yang lalu saya sehabis pulang kuliah
belanja ke sebuah Toko Serba Ada yang lumayan
besar di Kota M ini, karena saya seorang anak
kost belanjanya juga disesuaikan dengan kantong
anak kost yaitu Mie Instant dan soft drink
kesukaan saya. Setelah beres keliling Toserba
tersebut saya mulai antri di kassa. Sampai di
kassa saya di layani oleh seorang kasir yang
manis dengan body yang ramping dengan
ukuran yang sangat proporsional di tambah
kulitnya yang mulus dan kuning langsat,
rambutnya di potong tidak terlalu pendek
sehingga sangat jelas kelihatan sekali jenjang
lehernya, umurnya kira-kira 30 thn. Kasir tersebut
menghitung belanjaan saya yang tak banyak itu
kemudian saya bayar semuanya kebetulan di
saku banyak uang receh seratusan. Saat di kasih
ke kasir dia nyeletuk, ” Wah anak Kost yah..?”,
sambil tersenyum manis menatapku.
“Iya Mbak nih.., anak kost, mentang-mentang
belanjaannya kayak gini sama duitnya receh Mbak
langsung tahu saya anak Kost Makasih.., Mbak”,
jawab saya sambil pergi meninggalkan kassa tak
lupa juga membalas senyumnya.
Dua hari kemudian saya kembali ke tempat itu
lagi, dengan harapan ketemu kasir yang cantik itu
dan untuk belanja Mie dan Soft drink lagi, setelah
saya melihat-lihat di luar, kasir tersebut ada, saya
masuk untuk membeli Mie dan Soft drink setelah
selesai langsung ke kassa yang ditempati kasir
yang manis tersebut, baru sampai di depannya
dia sudah ngomong, “Eh ini yang kemarin
yach..?, “tanyanya.
“Lho Kok tau sich”, aku menjawab.
“Dari Belanjaanya tuh..!”, jawabnya lagi. Sambil
Dia menghitung belanjaan dan kebetulan antrian
masih kosong dia bilang.
“Mau lagi nggak saya kasih satu lagi coca-
colanya..?”.
“Bener Nich mau ngasih saya..?”, jawab saya.
“Bener saya mau ngasih satu khusus buat anak
Kos”, dia jawab sambil tertawa kemudian dia
menyuruh teman kerjanya yg lain untuk
mengambil minuman tersebut lantas saya bayar
sambil memberi dia sebuah voucher di Cafe Gaul
terkenal.
“Ini.., buat Mbak.., kalo Mbak mau..”.
“Iya saya mau..”, jawab dia.
Kemudian dia memberi saya no telepon, “Ini no
telepon dan nama saya.., telepon yah..”.
“Oh.., Namanya Mbak Retno, nanti saya telepon
dech..!”, saya menjawab sambil meninggalkan
tempat itu.
Sekitar Jam tujuh malam saya telepon Mbak
Retno setelah ngomong ngalor-ngidul dia bilang
tidak ada siapa-siapa di rumah. Saya ajak Mbak
Retno untuk makan malam kebetulan rumahnya
tidak begitu jauh dari kost saya. Saya janjian
untuk ketemu di perempatan jalan yang sudah
kami tentukan. Setelah bertemu, kami langsung
belanja makanan di Warteg dan terus ke rumah
kost saya dan masuk ke kamar saya. Selama kita
makan hanya cuman ngobrol-ngobrol saja
sampai kemudian dia minta pulang karena takut
orang tuanya sudah datang, tak lupa juga saya
janji mau menjemput Mbak Retno besok sore
sehabis pulang kerja buat minta bantuin tugas
kuliah yang belum selesai.
Besoknya Jam 17.00 saya jemput dia di tempat
kerjanya langsung ke rumah kost kemudian saya
menyiapkan beberapa lembar Draft tugas yang
mesti Mbak Retno tandai pakai stabillo, selama
saya dan Mbak Retno menggambar, kita saling
becanda mengomentari hasil kerja masing-
masing. Saya mengambil stabillo yang di pegang
Mbak Retno sambil berkata, “Udah.., ah istirahat
dulu sudah banyak tuh draft yang udah kamu
tandain”.
“Tanggung.., dikit lagi nih”, jawab dia sambil
mencoba merebut stabillo. Tanpa di sadari saat
mencoba merebut stabillo buah dada Mbak Retno
menepel pada dada saya yang pada waktu itu
duduk saling berhadapan, karena Mbak Retno tak
berhasil merebut stabillo dari tangan saya kita
saling bertatapan saling memandang diam seribu
bahasa.
Secara Naluriah tanpa disuruh saya dan Mbak
Retno saling mendekatkan mulut masing-masing
sampai kemudian bercumbu dengan hebatnya
dan bergantian mengulum lidah. Tangang kanan
saya mulai meraba-raba buah dada Mbak Retno
yang ukurannya sedang-sedang saja, kemudian
saya membaringkan Mbak Retno di tepat tidur.
Saya remas-remas buah dada Mbak Retno
bergantian sampai dia mengerang, “Edwin..,
nikmat.., Edwin terusin egh.., egh”. Mendengar
erangannya saya makin bernafsu untuk meramas
buah dada Mbak Retno,
Setelah puas meremas buah badanya, saya buka
pakaian dan BH yang dipakainya, setelah terbuka
langsung saya menjilati, menyedot, memilin
kedua puting susunya yang di rasakan sangat
nikmat sekali.
“Ah.., nikmat sekali.., ayo terus”, Mbak Retno
mendesah, Saya sesekali mengigit mesra puting
dan bagian susu yang lainya sampai merah.
Mbak Retno tampak menikmati apa yang saya
lakukan terlihat dari matanya yang merem-melek
dan erangannya yang semakin keras juga
pantatnya terlihat menggelinjang dan
menggoyang-goyangkannya seperti orang yg
sedang bersetubuh walaupun badan saya
tertelungkup di pingir badan Mbak Retno. Saya
semakin bernafsu dengan menjilati bagian badan
yang lainnya seperti perut dan pusar sampai
semua bagian itu sudah tidak ada yang terlewati.
Kemudian jilatan saya diteruskan ke kemaluannya
terhenti sejenak karena Rok dan celana dalamnya
masih terpakai, saat mau kubuka Mbak Retno
berkata dengan Lirih, “Edwin jangan.., Edwin..,
jangan”, aku tidak peduli dengan rintihannya,
dengan sedikit memaksa aku berhasil membuka
rok dan celana dalamnya, saya jilati bagian
clitorisnya. Tak bisa di tahan lagi Mbak Retno
mengelinjang dan menggoyang-goyang
pantatnya semakin hebat dan semakin cepat.
melihat tingkah Mbak Retno yang semakin tidak
terkendali saya buka baju dan celana saya,
kemaluan saya yang sejak tadi menegang terus
sudah tidak sabar ingin dimasukan ke lubang
kemaluan Mbak Retno. Ketika mau di masukkan,
Mbak Retno menahan batang kemaluan saya
dengan tangannya sambil berkata, “Jangan
Edwin.., jangan.., jangan”, saya sempat berpikir
sejenak nih anak bahasa tubuh sama mulutnya
lain sekali, mulut bilang begitu tapi tubuh tetap
mengelinjang dan mengoyangkan pantatnya.
“Mbak Retno.., nggak apa-apa sayang.., saya
pinjam lubang Mbak sebentar aja..”, akhirnya
dengan sedikit rayuan tersebut Mbak Retno mau
menuntun kemaluan saya untuk dimasukkan ke
Lubang kemaluannya. Setelah masuk semuanya
Mbak Retno sedikit merintih, “Enak.., Edwin”,
tanpa di komando Mbak Retno langsung
mengoyang pantatnya sementara saya di atas
memberi kesempatan Mbak Retno untuk dapat
menikmatinya. Setelah beberapa menit Mbak
Retno tampak kelihatan mau orgasme terlihat
dengan mencengkram keras badan saya dan
goyangannya makin cepat, juga kemaluannya
yang semakin mencengkram kemaluan saya,
“Ergg.., hh”, Mbak Retno pindah mencengkram
pantat saya dengan sangat kuat, kemudian
berhenti mengoyangkan pantatnya.
Kini bagian saya yang mengoyangkan pantat..,
maju mundur.., maju mundur. Kemaluan Mbak
Retno mengeluarkan bunyi, “Plok.., plok.., plok..,
plok”, karena adanya gesekan kemaluan saya
dengan kemaluan Mbak Retno yang telah basah
oleh cairan yang keluar dari Lubang kemaluan
Mbak Retno, sementara Mbak Retno hanya
terengah-engah dan mengoyangkan kepalanya ke
kiri dan ke kanan, tak lama kemudian saya
oragasme, “Crot.., crot.., crot”, cairan mani saya
keluar memenuhi lubang kemaluan Mbak Retno.
Saya terengah-engah dan tertelungkup menindih
badannya dengan sejuta tanda tanya di kepalaku,
“Gimana kalo si Mbak Retno ini penyakitan,
gimana kalo si Mbak Retno ini hamil, Gimana kalo
si Mbak Retno ini ngajak kawin”, itulah beberapa
pikiranku saat itu.
Kemudian Mbak Retno mengusap keringat di
kening saya dengan tissue yang ada di meja
sebelah tempat tidur. Mbak Retno berkata, “Kamu
cape sayang..?”, saya mengangguk kemudian
mengelus-ngelus rambutnya, terlihat di matanya
ada air mata yang meleleh.
“Kenapa kamu nangis sayang..?”, tanyaku.
“Saya mau berterus terang sama kamu Edwin..”
Mbak Retno menjawab dengan air mata yang
masih meleleh.
“Saya sudah pernah menikah.., Edwin..”.
“Apa..!”, jawabku agak sediikit kaget.
“Trus suami kamu kemana..?”, saya bertanya.
“Suami saya telah meninggalkan saya tanpa
tanggung jawab tujuh tahun yang lalu..”,
jawabnya sedih.
“Udah punya anak..?” tanyaku, Mbak Retno
menggelengkan kepala sambil mengusap air
matanya yang masih meleleh. Masih dalam
keadaan bugil saya dan Mbak Retno ngobrol
banyak tentang keadaannya, dari situ saya tahu
Mbak Retno kawin muda karena kecelakaan sama
cowok yang tidak bertanggung jawab sehingga
dia mengorbankan kuliahnya di fakutas sastra
pada salah satu Kampus Negeri Terkenal di kota
SB karena orang tuanya tidak menyetujui
perkawinannya dan suaminya itu tidak
menafkahinya. Setelah ngobrol panjang saya dan
Mbak Retno bermain seks sekali lagi tanpa takut
dia hamil, karena Mbak Retno mengunakan alat
kontrasepsi ketika suaminya masih ada,
kemudian Mbak Retno dan saya mandi berdua di
kamar mandi yang menyatu dengan kamar kost
dan saya mengantarkanya pulang.
Setelah kejadian itu saya dan Mbak Retno sering
melakukan seks di kost saya sampai sekarang,
apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia,
begitu juga bila dia ingin ngesex. Mbak Retno suka
dateng mengunjungi rumah kost saya, sampai
pada akhirnya karena Mbak Retno perhatian,
ketulusanya, sayang dan setia banget sama saya
juga servisnya di tempat tidur yang hebat sekali
saya bilang “I Love U ” pada Mbak Retno. Saya
sudah bisa menerima masa lalunya dan sekarang
Mbak Retno jadi pendamping saya sampai kini,
entah nanti.


Adult | GO HOME | Exit
1/707
U-ON

inc Powered by Xtgem.com